Liputan6.com, Jakarta - Pakar Hukum Tata Negara Bivitri Susanti menilai, saat ini terjadi fenomena relawan Jokowi versus PDIP. Menurutnya, dua kelompok tersebut sama-sama ingin bertanding memperebutkan popularitas Presiden Jokowi.
"Yang terjadi sekarang relawan versus partai, yang terjadi sekarang dengan fenomena itu adalah karena begitu dahsyatnya memang fenomena Pak Jokowi, dahsyat ya 2014 yang tiba tiba muncul, jadi akhirnya relawan Pak Jokowi dan partainya PDIP jadi seperti bertanding dalam hal berbagai wacana yang terkait dengan popularitas Pak Jokowi," kata Bivitri dalam acara Ngopi Dari Sebrang Istana 'Zona Nyaman Jokowi' di Jakarta, Minggu (4/12/2022).
Bivitri lalu membedakan keburukan antara partai politik dan relawannya. Menurutnya, parpol bisa dihukum jika ada kebijakannya yang melenceng dari nilai-nilai demokrasi.
Advertisement
"Kalau sebuah partai tiba tiba membicarakan tiga periode, atau jangan ada Pemilu 2024 kita bisa secara jelas menunjuk partai itu, melihat kondisi partainya bahkan 'menghukum' partainya Kalau memang ada kampanye yang kuat dan seterusnya, supaya caleg calegnya enggak terpilih karena valuesnya kacau banget melawan demokrasi," tuturnya.
Baca Juga
Sedangkan, lanjut dia, relawan tidak bisa dikontrol oleh publik seperti parpol. Kata dia, relawan bukanlah sesuai yang berbadan hukum dan tak punya akuntabilitas.
"Tapi kalau relawan itu gimana cara ngontrolnya, relawan itu bukan entitas ya yang secara hukum pastinya juga bukan berbadan hukum seperti partai politik tapi dia juga enggak punya akuntabilitas publik yang jelas, mau menghukum menghukum apa, enggak ada caleg-caleg dari relawan, caleg masuk dari partai," pungkasnya.
Gelar Acara di GBK
Relawan Presiden Joko Widodo atau Jokowi mulai memadati Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Sabtu (26/11/2022) pagi. Diketahui mereka bakal menggelar acara bertema 'Nusantara Bersatu'.
Pantauan Liputan6.com pada pukul 06.05 WIB iring-iringan bus besar bertuliskan 'Rombongan Nusantara Bersatu Gelora Bung Karno' mengular panjang dari Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak.
Bus besar bermacam warna ini nampak menuju pintu 6 (gate enam) GBK. Hingga pukul 06.24 WIB bus besar yang membawa rombongan relawan masih berdatangan.
Mereka tak mengenakan seragam khusus. Namun, dominan berpakaian putih dan hitam. Sebagian besar membawa bendera merah putih berukuran kecil.
Rombongan relawan ini terdiri dari 10 organisasi relawan antara lain Barisan Relawan Nusantara (Baranusa), Forum Relawan Nusantara (Forsa), Rakyat Bersama Jokowi (RBJ).
Ada pula, dari Pergerakan Wanita Nusantara (Perwira), Harapan Warga Jokowi (Hawa), Satgas Jokowi, Brigade Jokowi, Nawacita Nusantara, Gerakan Aku Cinta Jokowi, dan Kita Jokowi.
Ketua Umum Barisan Nusantara Adi Kurniawan menyatakan telah tiba di GBK sejak pukul 05.30 WIB. Dia menyebut acara akan dimulai pukul 08.00 WIB.
Dia menyampaikan relawan dari 10 organisasi ini datang dari berbagai daerah di Indonesia. Kendati demikian, dominan berasal dari Pulau Jawa.
Lebih lanjut, dia menyebut kegiatan ini direncanakan dihadiri Presiden Jokowi dalam rangka silaturahmi bersama para relawan. Selain itu, kegiatan ini juga akan diisi dengan doa bersama untuk korban gempa Cianjur, Jawa Barat.
Advertisement
Dikritik PDIP
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menyayangkan gerakan relawan Jokowi yang menggelar acara Nusantara Bersatu di GBK pada Sabtu 26 November 2022 kemarin.
Hasto menilai relawan hanya memanfaatkan kebaikan Jokowi. “Saya pribadi sangat menyesalkan adanya elit relawan yang dekat dengan kekuasaan, lalu memanfaatkan kebaikan Presiden Jokowi sehingga menurunkan citra Presiden Jokowi," kata Hasto dalam keterangannya, Minggu (27/11/2022).
"Akibatnya kehebatan kepemimpinan Presiden Jokowi di acara G20 yang membanggakan di dunia, dan rakyat Indonesia, lalu dikerdilkan hanya urusan gegap gempita di GBK,” Tambahnya.
Menurut Hasto, prestasi Jokowi harus tercoreng dengan manuver para relawannya. Para relawan juga terus menggangu Jokowi dengan mengancam akan bubar.
“Kepemimpinan Presiden Jokowi yang sudah going global dan menjadi inspirasi dunia, direduksi dengan cara-cara yang tidak elegan. Sepertinya elit relawan tersebut mau mengambil segalanya, jika tidak dipenuhi keinginannya mereka mengancam akan membubarkan diri, tetapi jika dipenuhi elit tersebut melakukan banyak manipulasi,” kata Hasto.
Hasto menyebut banyak sekitar Jokowi yang kurang paham bahwa elit relawan tersebut adalah kumpulan berbagai kepentingan.
“Padahal seharusnya menyangkut urusan bangsa dan negara, apalagi pemimpin ke depan merupakan persoalan bersama yang harus dijawab dengan jernih, penuh pertimbangan, dan harus menjawab jalan kejayaan bagi bangsa dan negara Indonesia,” tegasnya.
Bagi PDIP, apa yang terjadi dengan acara Nusantara Bersatu, menjadi pelajaran politik yang sangat penting, sebab menurut Hasto di dalam cara mobilisasi tersebut menggunakan cara tak sehat.
“Mobilisasi sampai dilakukan cara-cara menjanjikan sesuatu yang tidak sehat,” tegasnya.
Reporter: Muhammad Genantan Saputra/Merdeka.com